KONFLIK
Pengertian Konflik
Konflik
organisasi (Organizational conflik) adalah ketidaksesuaian antara dua atau
lebih anggota-anggota atau kelompok organisasi yang harus membagi sumber daya
yang terbatas atau kegiatan- kegiatan kerja dan atau karena kenyataan bahwa
mereka mempunyai perbedaan status, tujuan, nilai atau persepsi. Konflik
organisasi juga dapat diartikan sebagai perilaku anggota organisasi yang
dicurahkan untuk beroposisi terhadap anggota yang lain.
Pada dasarnya proses konflik bermula
pada saat satu pihak dibuat tidak senang oleh, atau akan berbuat tidak
menyenangkan kepada pihak lain mengenai suatu hal yang oleh pihak pertama
dianggap penting.
Perbedaan
konflik dan persaingan (kompetisi) terletak pada apakah salah satu pihak mampu
untuk menjaga dirinya dari gangguan pihak lain dalam pencapaian tujuannya.
Persaingan ada, bila tujuan pihak- pihak yang terlibat adalah tidak sesuai
tetapi pihak- pihak tersebut tidak dapat saling mengganggu. Sebagai contoh, dua
kelompok mungkin saling bersaing untuk memenuhi target, bila tidak ada
kesempatan untuk mengganggu pencapaian tujuan pihak lain, situasi persaingan
terjadi, tetapi bila ada kesempatan untuk mengganggu dan kesempatan tersebut
digunakan, maka akan timbul konflik.
Kerjasama(kooperasi)
terjadi bila dua pihak atau lebih bekerja bersama untuk mencapai tujuan
bersama. Konflik dan kooperasi dapat terjadi bersamaan. Lawan kata kooperasi
bukan konflik, tetapi kurangnya kooperasi (kerjasama). Sebagai contoh, dua
pihak setuju pada tujuan,tetapi tidak setuju dengan cara pencapaian tujuan
tersebut. Manajemen konflik berarti bahwa para manajer harus berusaha menemukan
cara untuk menyeimbangkan konflik dan kooperasi.
Ø
Jenis-
Jenis Konflik
Ada lima jenis
konflik dalam kehidupan organisasi, yaitu:
1. Konflik
dalam diri individu, yang terjadi bila seorang individu menghadapi
ketidakpastian tentang pekerjaan yang dia harapkan untuk melaksanakannya, bila
berbagai permintaan pekerjaan saling bertentangan, atau bila individu
diharapkan untuk melakukan lebih dari kemampuannya.
2. Konflik
antar individu dalam organisasi yang sama. Hal ini sering disebabkan oleh
perbedaan- perbedaan kepribadian. Konflik ini juga berasal dari adanya konflik
antar peranan seperti antara manajer dan bawahan.
3. Konflik
antar individu dan kelompok, yang berhubungan dengan cara individu menanggapi
tekanan untuk keseragaman yang dipaksakan oleh kelompok kerja mereka, seperti
seorang individu dihukum atau diasingkan oleh kelompok kerjanya karena
melanggar norma- norma kelompok.
4. Konflik
antar kelompok dalam organisasi yang sama. Karena terjadi pertentangan
kepentingan antar kelompok.
5. Konflik
antar organisasi, yang timbul sebagai akibat bentuk persaingan ekonomi dalam
sistem perekonomian suatu negara. Konflik ini telah mengarahkan timbulnya
pengembangan produk baru, teknologi, harga- harga lebih rendah, dan penggunaan
sumber daya yang lebih efisien.
Ø
Sumber-
Sumber Konflik
Faktor- faktor
penyebab konflik beraneka ragam, yaitu:
1. Komunikasi:
pengertian yang berkenaan dengan kalimat, bahasa yang sulit dimengerti atau
informasi yang mendua dan tidak lengkap serta gaya individu manajer yang tidak
konsisten.
2. Struktur:
Pertarungan kekuasaan antar departemen dengan kepentingan- kepentingan atau
sistem penilaian yang bertentangan, persaingan untuk memperebutkan sumber daya
yang terbatas, atau saling ketergantungan dua atau lebih kelompok- kelompok
kegiatan kerja untuk mencapai tujuan mereka.
3. Pribadi:
ketidaksesuaian tujuan atau nilai- nilai social pribadi karyawan dengan
perilaku yang diperankan pada jabatan mereka dan perbedaan dalam nilai- nilai
atau persepsi.
4. Kelangkaan
sumber daya dan dana yang langka. Hal ini karena suatu individu atau organisasi
yang memiliki sumber daya dan dana yang terbatas.
5.
Saling
ketergantungan pekerjaan.
6. Ketergantungan
pekerjaan satu arah. Berbeda dengan sebelumnya, ketergantungan pekerjaan satu
arah berarti bahwa keseimbangan kekuasaan telah bergeser, konflik pasti lebih
tinggi karena unit yang dominan mempunyai dorongan yang sedikit saja untuk
bekerja sama dengan unit yang berada di bawahnya.
7. Ketidakjelasan
tanggung jawab atau yurisdiksi. Dalam hal tertentu, pada dasarnya orang memang
tidak ingin bertanggung jawab, terlebih mengenai hal- hal yang berakibat tidak
atau kurang menguntungkan. Apabila hal ini menyangkut beberapa pihak dan
masing- masing tidak mau bertanggung jawab maka kejadian seperti ini dapat
menimbulkan konflik.
8.
Ketidakterbukaan
terhadap satu sama lain
9.
Ketidaksalingpercaya
antara satu orang dengan orang lain dalam organisasi.
10. Ketidakjelasan
pola pengambilan keputusan, pola pendelegasian wewenang, mekanisme kerja dan
pembagian tugas.
11. Kelompok
pimpinan tidak responsitif terhadap kebutuhan dan aspirasi para bawahannya.
12. Adanya asumsi
bahwa dalam organisasi terdapat berbagai kepentingan yang diperkirakan tidak
dapat atau sulit diserasikan.
Ø
Strategi
Penyelesaian Konflik
Pendekatan
penyelesaian konflik oleh pemimpin dikategorikan dalam dua dimensi ialah
kerjasama/tidak kerjasama dan tegas/tidak tegas. Dengan menggunakan kedua macam
dimensi tersebut ada 5 macam pendekatan penyelesaian konflik ialah :
1.
Kompetisi
Penyelesaian
konflik yang menggambarkan satu pihak mengalahkan atau mengorbankan yang lain.
Penyelesaian bentuk kompetisi dikenal dengan istilah win-lose orientation.
2.
Akomodasi
Penyelesaian
konflik yang menggambarkan kompetisi bayangan cermin yang memberikan
keseluruhannya penyelesaian pada pihak lain tanpa ada usaha memperjuangkan
tujuannya sendiri. Proses tersebut adalah taktik perdamaian.
3.
Sharing
Suatu pendekatan
penyelesaian kompromistis antara dominasi kelompok dan kelompok damai. Satu
pihak memberi dan yang lkain menerima sesuatu. Kedua kelompok berpikiran
moderat, tidak lengkap, tetapi memuaskan.
4.
Kolaborasi
Bentuk usaha
penyelesaian konflik yang memuaskan kedua belah pihak. Usaha ini adalah
pendekatan pemecahan problem (problem-solving approach) yang memerlukan
integrasi dari kedua pihak.
5.
Penghindaran
Menyangkut
ketidakpedulian dari kedua kelompok. Keadaaan ini menggambarkan penarikan
kepentingan atau mengacuhkan kepentingan kelompok lain.
KOMUNIKASI
Pengertian Komunikasi
Pasti semua
orang butuh dan pernah tau yang namanya komunikasi, jadi Komunikasi adalah
suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada
pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang
dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. apabila tidak ada bahasa verbal yang
dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan
menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum,
menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi
nonverbal. Ada beberapa ilmuwan menanfsirkan pengertian komunikasi diantaranya
·
Onong
Uchjana Effendy
Komunikasi
adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk
memberitahu, mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik secara lisan
(langsung) ataupun tidak langsung (melalui media). Analisis Pengertian
Komunikasi Dan 5 (Lima) Unsur Komunikasi Menurut Harold Lasswell Sat,
10/11/2007 – 6:54pm — Rejals Analisis Definisi Komunikasi Menurut Harold Lasswell.
Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan siapa?
mengatakan apa? dengan saluran apa? kepada siapa? dengan akibat atau hasil apa?
(who? says what? in which channel? to whom? with what effect?). (Lasswell
1960).
·
Raymond
Ross
Komunikasi
adalah proses menyortir, memilih, dan pengiriman simbol-simbol sedemikian rupa
agar membantu pendengar membangkitkan respons/ makna dari pemikiran yang serupa
dengan yang dimaksudkan oleh komunikator.
·
Gerald
R. Miller
Komunikasi
terjadi saat satu sumber menyampaikan pesan kepada penerima dengan niat sadar
untuk memengaruhi perilaku mereka.
·
Everett
M. Rogers
Komunikasi
adalah proses suatu ide dialihkan dari satu sumber kepada satu atau banyak
penerima dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.
·
Carl
I. Hovland
Komunikasi
adalah suatu proses yang memungkinkan seseorang menyampaikan rangsangan
(biasanya dengan menggunakan lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang
lain.
Ø
Unsur
– unsur komunikasi
a.
Lingkungan
komunikasi
Lingkungan (konteks)
komunikasi memiliki 3 (tiga) komponen
penting yaitu :
Fisik, adalah
ruang dimana komunikasi berlangsung yang nyata atau berwujud. Maksudnya adalah
komunikasi bersifat nyata dan real sehingga dikatakan mempunyai tampilan fisik,
baik berupa suara maupun gerakan-gerakan sebagai tanda.
Sosial-psikoilogis,
meliputi, misalnya tata hubungan status di antara mereka yang terlibat, peran
yang dijalankan orang, serta aturan budaya masyarakat di mana mereka
berkomunikasi. Lingkungan atau konteks ini juga mencakup rasa persahabatan atau
permusuhan, formalitas atau informalitas, serius atau senda gurau.
Temporal
(waktu), mencakup waktu dalam hitungan jam, hari, atau sejarah dimana
komunikasi berlangsung.
Ketiga komponen
komuniasi tersebut saling berinteraksi satu dengan yang lainnya, masing-masing
mempengaruhi dan dipengaruhi.
b.
Enkoding-Dekoding
Dalam ilmu
komunikasi kita menamai tindakan menghasilkan pesan (misalnya, berbicara atau
menulis) sebagai enkoding (encoding). Dengan menuangkan gagasan-gagasan kita ke
dalam gelombang suara atau ke atas selembar kertas, kita menjelmakan
gagasan-gagasan tadi ke dalam kode tertentu. Jadi, kita melakukan enkoding.
Kita menamai
tindakan menerima pesan (misalnya, mendengarkan atau membaca) sebagai dekoding
(decoding). Dengan menerjemahkan gelombang suara atau kata-kata di atas kertas
menjadi gagasan, anda menguraikan kode tadi. Jadi, anda melakukan dekoding.
Oleh karenanya
kita menamai pembicara atau penulis sebagai enkoder (encoder), dan pendengar
atau pembaca sebagai dekoder (decoder). Seperti halnya sumber-penerima, kita
menuliskan enkoding-dekoding sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan untuk
menegaskan bahwa anda menjalankan fungsi-fungsi ini secara simultan. Ketika
anda berbicara (enkoding), anda juga menyerap tanggapan dari pendengar
(dekoding).
c.
Sumber
Penerima
Sumber penerima
sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan untuk menegaskan bahwa setiap orang
yang terlibat dalam komunikasi adalah sumber (komunikator) kaligus penerima
(komunikan). Anda mengirimkan pesan ketika anda berbicara, menulis, atau
memberikan isyarat tubuh. Anda menerima pesan dengan mendengarkan, membaca,
membaui, dan sebagainya.
Tetapi, ketika
anda mengirimkan pesan, anda juga menerima pesan. Anda menerima pesan anda
sendiri (anda mendengar diri sendiri, merasakan gerakan anda sendiri, dan
melihat banyak isyarat tubuh anda sendiri) dan anda menerima pesan dari orang
lain (secara visual, melalui pendengaran, atau bahkan melalui rabaan dan
penciuman). Ketika anda berbicara dengan orang lain, anda memandangnya untuk
mendapatkan tanggapan (untuk mendapatkan dukungan, pengertian, simpati,
persetujuan, dan sebagainya). Ketika anda menyerap isyarat-isyarat non-verbal
ini, anda menjalankan fungsi penerima.
d.
Kompetensi
Komunikasi
Kompetensi
komunikasi mengacu pada kemampuan anda untuk berkomunikasi secara efektif
(Spitzberg dan Cupach, 1989). Kompetensi ini mencakup hal-hal seperti
pengetahuan tentang peran lingkungan (konteks) dalam mempengaruhi kandungan
(content) dan bentuk pesan komunikasi (misalnya, pengetahuan bahwa suatu topik
mungkin layak dikomunikasikan kepada pendengar tertentu di lingkungan tertentu,
tetapi mungkin tidak layak bagi pendengar dan lingkungan yang lain).
Pengetabuan tentang tatacara perilaku nonverbal (misalnya kepatutan sentuhan, suara
yang keras, serta kedekatan fisik) juga merupakan bagian dari kompetensi
komunikasi.
Dengan
meningkatkan kompetensi anda, anda akan mempunyai banyak pilihan berperilaku.
Makin banyak anda tahu tentang komunikasi (artinya, makin tinggi kompetensi
anda), makin banyak pilihan, yang anda punyai untuk melakukan komunikasi
sehari-hari. Proses ini serupa dengan proses mempelajari perbendaharaan kata:
Makin banyak kata anda ketahui (artinya, makin tinggi kompetensi perbendaharaan
kata anda), makin banyak cara yang anda miliki untuk mengungkapkan diri.
e.
Feed
Back
Umpan balik
adalah informasi yang dikirimkan balik ke sumbernya. Umpan balik dapat berasal
dari anda sendiri atau dari orang lain. Dalam diagram universal komunikasi
tanda panah dari satu sumber-penerima ke sumber-penerima yang lain dalam kedua
arah adalah umpan balik. Bila anda menyampaikan pesan misalnya, dengan cara
berbicara kepada orang lain anda juga mendengar diri anda sendiri. Artinya,
anda menerima umpan balik dari pesan anda sendiri. Anda mendengar apa yang anda
katakan, anda merasakan gerakan anda, anda melihat apa yang anda tulis.
Selain umpan
balik sendiri ini, anda menerima umpan balik dari orang lain. Umpan balik ini
dapat datang dalam berbagai bentuk: Kerutan dahi atau senyuman, anggukan atau
gelengan kepala, tepukan di bahu atau tamparan di pipi, semuanya adalah bentuk
umpan balik.
f.
Gangguan
Gangguan (noise)
adalah gangguan dalam komunikasi yang mendistorsi pesan. Gangguan menghalangi
penerima dalam menerima pesan dan sumber dalam mengirimkan pesan. Gangguan
dikatakan ada dalam suatu sistem komunikasi bila ini membuat pesan yang
disampaikan berbeda dengan pesan yang diterima.
Gangguan ini
dapat berupa gangguan fisik (ada orang lain berbicara), psikologis (pemikiran
yang sudah ada di kepala kita), atau semantik (salah mengartikan makna).
g.
Saluran
Saluran
komunikasi adalah media yang dilalui pesan. Jarang sekali komunikasi
berlangsung melalui hanya satu saluran, kita menggunakan dua, tiga, atau empat
saluran yang berbeda secara simultan. Sebagai contoh, dalam interaksi tatap
muka kita berbicara dan mendengarkan (saluran suara), tetapi kita juga
memberikan isyarat tubuh dan menerima isyarat ini secara visual (saluran
visual). Kita juga memancarkan dan mencium bau-bauan (saluran olfaktori). Seringkali
kita saling menyentuh, ini pun komunikasi (saluran taktil).
h.
Pesan
Pesan dalam
komunikasi dapat mempunyai banyak bentuk. Kita mengirimkan dan menerima pesan
ini melalui salah satu atau kombinasi tertentu dari panca indra kita. Walaupun
biasanya kita menganggap pesan selalu dalam bentuk verbal (lisan atau
tertulis), ini bukanlah satu-satunya jenis pesan. Kita juga berkomunikasi
secara nonverbal (tanpa kata). Sebagai contoh, busana yang kita kenakan,
seperti juga cara kita berjalan, berjabatan tangan, menggelengkan kepala,
menyisir rambut, duduk, dan. tersenyum. Pendeknya, segala hal yang kita
ungkapkan dalam melakukan komunikasi.
Ø
Hambatan-hambatan
dalam komunikasi
Suatu ketika
keluarga kecil yang memiliki anak berumur lebih kurang tiga tahun pulang
kampung mengunjungi orang tuanya. Betapa senang hati si nenek karena mendapat
kunjungan dari anak dan cucunya. Mereka bermain dan bercengkrama bersama hingga
sore hari. Merekapun bermaksud untuk kembali pulang kerumah. Karena si nenek
masih rindu dan ingin bermain dengan cucunya, maka si nenek meminta agar si
cucu tinggal dan tidur bersamanya. Akhirnya karena si nenek mendesak dan si
cucupun mau, maka jadilah si cucu
menginap di rumah nenek dan kedua orang tuanya pun pulang
Tengah malam, si
cucu terbangun dari tidurnya ingin buang air kecil. Lalu dia membangunkan
neneknya. “Nek bangun nek, aku mau nyanyi”. ( rupanya si cucu sudah terbiasa
dengan orang tuanya klo mau buang air bilang mau nyanyi). Si nenekpun bangun
dan berkata: “Cu, ini kan udah malam, besok aja nyanyinya ya”. Lalu merekapun
tidur lagi.
Tidak berapa
lama, si cucupun terbangun karena sudah gak tahan mau buang air kecil. “nek
bangun nek, aku mau nyanyi”, si cucu terus merengek kepada neneknya. Karena gak
tahan dengan rengekan cucunya maka si nenek berkata: “baiklah, kamu nyanyinya
di teliga nenek saja ya”. Kontan si cucupun mengencingi telinga neneknya. Dan
nenekpun terpaksa menahan marahnya. Rupanya orang tua si cucu lupa
memberitahukan kepada si nenek kalau si cucu mau buang air dia akan bilang mau
nyanyi.
Demikianlah
sebuah anekdot yang berhubungan dengan hambatan dalam beromunikasi. Banyak hal
yang bisa menghambat untuk terjadinya komunikasi yang efektif. Menurut Leonard
R.S. dan George Strauss dalam Stoner james, A.F dan Charles Wankel sebagaimana
yang dikutip oleh Herujito (2001), ada beberapa hambatan terhadap komunikasi
yang efektif, yaitu :
I.
Mendengar.
Biasanya kita mendengar apa yang ingin kita dengar. Banyak hal atau informasi
yang ada di sekeliling kita, namun tidak semua yang kita dengar dan tanggapi.
Informasi yang menarik bagi kita, itulah yang ingin kita dengar.
II.
Mengabaikan
informasi yang bertentangan dengan apa yang kita ketahui.
III.
Menilai
sumber. Kita cenderung menilai siapa yang memberikan informasi. Jika ada anak
kecil yang memberikan informasi tentang suatu hal, kita cenderung
mengabaikannya.
IV.
Persepsi
yang berbeda. Komunikasi tidak akan berjalan efektif, jika persepsi si pengirim
pesan tidak sama dengan si penerima pesan. Perbedaan ini bahkan bisa
menimbulkan pertengkaran, diantara pengirim dan penerima pesan.
V.
Kata
yang berarti lain bagi orang yang berbeda. Kita sering mendengar kata yang
artinya tidak sesuai dengan pemahaman kita. Seseorang menyebut akan datang
sebentar lagi, mempunyai arti yang berbeda bagi orang yang menanggapinya.
Sebentar lagi bisa berarti satu menit, lima menit, setengah jam atau satu jam
kemudian.
VI.
Sinyal
nonverbal yang tidak konsisten. Gerak-gerik kita ketika berkomunikasi – tidak
melihat kepada lawan bicara, tetap dengan aktivitas kita pada saat ada yang
berkomunikasi dengan kita-, mampengaruhi porses komunikasi yang berlangsung.
VII.
Pengaruh
emosi. Pada keadaan marah, seseorang akan kesulitan untuk menerima informasi.
apapun berita atau informasi yang diberikan, tidak akan diterima dan
ditanggapinya.
VIII.
Gangguan.
Gangguan ini bisa berupa suara yang bising pada saat kita berkomunikasi, jarak
yang jauh, dan lain sebagainya.
Itulah beberapa hal yang dapat
menghambat terjadinya komunikasi yang efektif. dari anekdot tadi dapat kita
lihat bahwa kata “nyanyi” di artikan berbeda antara si nenek dengan si
cucu. Nenek mengartikan kata nyanyi
dengan arti sebenarnya, sedangkan si cucu, -karena telah biasa menggunakan kata
nyanyi untuk buang air kecil-, mengartikan “nyanyi” sebagai buang air kecil.
Semoga kita bisa meminimalisir
hambatan-hambatan tersebut, sehingga komunikasi yang efektif bisa terjadi.
Klasifikasi Komunikasi Dalam Organisasi
1.
Dari
segi sifatnya :
a.
Komunikasi
lisan
Komunikasi lisan
secara langsung adalah komunikasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang
saling bertatap muka secara langsung dan tidak ada jarak atau peralatan yang
membatasi mereka.lisan ini terjadi pada saat dua orang atau lebih saling
berbicara/ berdialog, pada saat wawancara, rapat, berpidato. Komunikasi lisan
yang tidak langsung adalah komunikasi yang dilakukan dengan perantara alat
seperti telepon, handphone, VoIP, dan lain sebagainya karena adanya jarak
dengan si pembicara dengan lawan bicara.
b.
Komunikasi
tulisan
Komunikasi
tulisan adalah komunikasi yang di lakukan dengan perantaraan tulisan tanpa
adanya pembicaraan secara langsung dengan menggunakan bahasa yang singkat,
jelas, dan dapat dimengerti oleh penerima.Komunikasi tulisan dapat berupa
surat-menyurat, sms, surat elektronik, dan lain sebagainya. Komunikasi tulisan
juga dapat melalui naskah-naskah yang menyampaikan informasi untuk masyarakat
umum dengan isi naskah yang kompleks dan lengkap seperti surat kabar, majalah,
buku-buku dan foto pun dapat menyampaikan suatu komunikasi secara lisan namun
tanpa kata-kata. Begitu pula dengan spanduk, iklan, dan lain sebagainya.
c.
Komunikasi
Verbal
Komunikasi
verbal adalah komunikasi dengan menggunakan simbol-simbol verbal. Simbol verbal
bahasa merupakan pencapaian manusia yang paling impresif. Ada aturan-aturan
yang ada untuk setiap bahasa yaitu
fonologi, sintaksis, semantik dan pragmatis.
d.
Komunikasi
Non Verbal
Komunikasi
nonverbal adalah proses komunikasi dimana pesan disampaikan tidak menggunakan
kata-kata. Contoh komunikasi nonverbal ialah menggunakan gerak isyarat, bahasa
tubuh, ekspresi wajah dan kontak mata, penggunaan objek seperti pakaian,
potongan rambut, dan sebagainya, simbol-simbol, serta cara berbicara seperti
intonasi, penekanan, kualitas suara, gaya emosi, dan gaya berbicara.Para ahli
di bidang komunikasi nonverbal biasanya menggunakan definisi “tidak menggunakan
kata” dengan ketat, dan tidak menyamakan komunikasi non-verbal dengan
komunikasi nonlisan. Contohnya, bahasa isyarat dan tulisan tidak dianggap
sebagai komunikasi nonverbal karena menggunakan kata, sedangkan intonasi dan
gaya berbicara tergolong sebagai komunikasi nonverbal. Komunikasi nonverbal
juga berbeda dengan komunikasi bawah
sadar, yang dapat berupa komunikasi verbal ataupun nonverbal.
2.
Dari
segi arahnya :
a.
Komunikasi
ke bawah.
Mengalir dari
orang pada hierarki yang lebih tinggi ke jenjangyang lebih rendah. Misalnya
dalam bentuk instruksi, memoresmi,
prosedur, pedoman kerja, pengumuman, dan sebagainya.
b.
Komunikasi
ke atas
Porsi ini
sebenarnya dituntut untuk seimbang dengan komunikasike baawah. Berbeda dengan
komunikasi ke bawah, komunikasike atas
mengalir dari orang pada hierarki yan lebih rendah kejenjang yang lebih
tinggi. Misalnya, dalam bentuk kotak
sara,pertemuan kelompok, pengaduan, dan sebagainya.
c.
Komunikasi
horizontal
Merupakan
pertimbangan utama dalam desain organisasi,namun organisasi yang efektif
memerlukan juga komunikasihorizontal
yang sangat perlu bagi koordinasi dan integrasi dariberaneka ragam fungsi
keorganisasian. Misalnya,
komunikasiantar produksi dan pemsaran dalam organisasi bisnis, dsb.
d.
Komunikasi
diagonal
Merupakan jalur
komunikasi yang paling jarang digunakan,komunikasi diagonal penting dalam
situasi ketika para anggiotatidak dapat berkomunikasi secara efektif melalui
jalur ini.
3.
Menurut
Lawannya :
a.
Komunikasi
Satu Lawan Satu : berbicara dengan lawan bicaras yang sama banyaknya.
Contoh:berbicara
melalui telepon
b.
Komunikasi
Satu Lawan Banyak (kelompok) : berbicara antara satu orang dengan suatu
kelompok.
Contoh:
introgasi maling dengan kelompok hansip.
c.
Kelompok
Lawan Kelompok : berbicara antara suatu kelompok dengan kelompok lain.
Contoh: debat
partai politik